Selasa, 20 Maret 2012

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM


A.Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan ssebagai salah satu organism manusia ataupun binatang, yang memiliki susuanan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kuriklum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau system penyampaian, dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
1.Tujuan
Tujuan kurikulum berdasarkan dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, teruatama falsafah Negara. Tujuan pendidikab nasional yang berjangka panjang merupakan suatu tujuan pendidikan umum, sedangkan tujuan instruksional yang berjangka waktu cukup pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan khusus dijabarkan dari sasaran-sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya abstrak dan luas, menjadi sasaran-sasaran khusus yang lebih konkret, sempit, dan terbatas.
Perumusan tujuan mengajar yang berbentuk tujuan khusus memberikan beberapa keuntungan:
1.      Tujuan khusus memudahkan dalam mengomunikasikan maksud kegiatan mengajar-belajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963) siswa mengetahui tujuan-tujuan khusus suatu pokok bahasan, diberikan referensi dn sumber yang memadai, dan  diberikan dalam waktu setengah dari waktu belajar dalam kelas biasa.
2.      Tujuan khusus, membantu memudahkan guru-guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3.      Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media mengajar.
4.      Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan tjuan khusus guru lebih mudah menentukan bentuk tes, lebih mudah merumuskan butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria pencapaiannya.
Beberapa ahli seperti Mager (1962), Banathy (1968), Rowntree  (1974), Gagne (1974), De Cecco (1977), dan Davies (1981) sepakat bahwa tujuan khusus merupakan suatu perilaku yang diperlihatkan siswa pada akhir suatu kegiatan belajar. Ahli-ahli diatas juga memberikan beberapa spesifikasi dari tujuan-tujuan mengajar khusus yaitu:
1.      Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa, dengan:
a.       Menggunakan kata-kata kerja yang menunjukan tingkah laku yang dapat diamati,
b.      Menunjukan stimulus yang mengembangkan tingkah laku siswa,
c.       Memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan siswa dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
2.      Menunjukan mutu tingkah laku yang diharapkan dilakukan oleh siswa, dalam bentuk:
a.       Ketepatan atau ketelitian respons,
b.      Kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
3.      Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang tingkah laku siswa, berupa:
a.       Kondisi atau lingkungan fisik,
b.      Kondisi atau lingkungan psikologis.

2.  Bahan Ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkunganya, tugas utama sorang guru adalah mmenciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktiv dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
a.       Sekuens bahan ajar
Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersebut tersusun atas topic-topik dan sub-subtopik tertentu Topik-topik atau sub-subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:
1.      Sekuens kronologi, untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat menggunakan sekuens kronologi.
2.      Sekuens klausal, siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau ppendahulu dai suatu peristiwa atau situasi lain.
3.      Sekuens structural, Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya.
4.      Sekuens logis dan psikologis, menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada yang sederhana.
5.      Sekuens spiral, bahan ajar dipusatkan pada topik atau bahan tertentu, dari topic atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam.
6.      Rangkaian ke belakang, dalam sekuens ini mengajar dimulai dari langkah terakhir dan mundur kebelakang.
7.      Sekuens berdasarkan hierarki belajar, dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

3.      STRATEGI PEMBELAJARAN
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97) membagi strategi itu atas Exposition - Discovery Learning dan  Groups -  Individual Learning. Ausubel and Robinson (1969: 43-45) membaginya atas:
a.       Reception/Exposition Learning – Discovery Learning.
Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan, menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

b.      Rote-Learning – Meaningful Learning
Bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memeperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkanya. Penyampaian bahan mengutamakanm makna bagi siswa.


c.       Group Learning – Individual Learning
Dalam bentuk pelaksanannya agak sukar dan mempunyai beberapa masalah, karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya dilakukan oleh siswa-siswa pandai dan cepat, siswa-siswa yang kurang dan lambat, akan mengikuti saja dan menerima temuan-temuan anak-anak cepat. Dengan demikian akan terjadi perbedaan yang semakin jauh antara anak pandai dengan yang kurang.

4.      Media mengajar
Media mengajar adalah segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan untuk mendorong siswa belajar. Rowntree (1974: 104-113) mengelompokan media mengajar menjadi lima macam dan di sebut Modes, yaitu:
a.       Interaksi insane, adalah komunikasi langsung antara dua orang atau lebih.  Komunikasi insane dapat berlangsung melalui komunikasi verbal atau nonverbal. Komunikasi bersifat verbal memegang peranan penting, terutama perkembangan kognigtif siswa.
b.      Realita, bentuk perangsang nyata seprti orang-orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya. Siswa berkomunikasi dengan orang-oran, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek pengamatan, objek studi siswa.
c.       Pictorial, Media ini menunjukan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata maupun symbol, juga mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua ukuran, bentuk, kecepatan, benda, mahluk dan peristiwa dapat disajikan dalam media ini.
d.      Simbol tertulis, adalah ssumber penyajian media yang paling umum, tetapi tetap efektif, ada beberapa macam bentuk media symbol tertulis seperti, buku teks, buku paket, modul dan majalah-majalah.
e.       Rekaman suara, Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara, rekaman suara dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup efektif.

5.      Evaluasi pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi, mengajar, dan media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan.
Evaluasi ditujukan untuk menilai mencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukanserta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a.       Evalusai hasil belajar-mengajar
Dalam evaluasi ini butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Utuk setiap tujuan khusus minimal disusun satu soal .
b.      Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, strategi dan media pengajaran serta komponen evaluasi mengajar sendiri.

6.      Penyempurnaan pengajaran
Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dahulu atau mendapatkan penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahanya (Rowntree, 1974: 150-151).

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Rosdakarya.